#2

on 10.30

Jarak adalah sesuatu yang amat powerful. Jika ada sesuatu yang tidak bisa dikalahkan oleh cinta, maka jarak lah jawabannya.
Mungkin tidak sejauh Meksiko, dulu, aku pernah merajut hubungan itu. Hanya sebatas Surabaya - Aceh. Dan jarak itu akan menyusut ketika Alvi pergi ke Jogja untuk melanjutkan studi s2 nya. Namun itu tak pernah cukup. Tidak akan pernah menjadi sesuatu yang membahagiakan selain pertemuan itu. Menghadiri wisuda Alvi adalah salah satu impian terbesar Tita.
Memberikan bunga yang sudah kutata rapi, seperti aku biasanya lakukan di pekarangan rumah Dika tiga tahun lalu, kepada Alvi. Lalu ciuman pipi.
Ada banyak hal yang tidak terduga yang bisa terjadi. Tuhan am at jarang memberitahukan rahasia masa depan, Biru. Dan jika Ia memberitahukannya, maka itu adalah sesuatu yag tidak bisa diubah lagi.
"Jarak adalah sesuatu yang amat powerfull, yang membuka seribu kemungkinan. Juga untuk kita berdua. Dan aku masih ingin kembali untuknya, Alvi bilang begitu. Aku tidak percaya, tapi hatiku percaya." Ujarnya.
Kuharap, hingga saat ini semuanya tidak mengubah kita. Jika saja kau tahu, biru, jarak kita lebih jauh dari Surabaya - Aceh.
"Amin," ujar Tita. Sebuah doa lagi dengan tulus, untuk kita.

#1

on 03.13

Tidak banyak orang yang cukup beruntung untuk mendengar kata hati mereka. Atau meraih kesempatan yang tepat untuk membuat keputusan yang tepatㅡyang kemudian mengubah seluruh hidup mereka. Kadang kadang kita menyadari kesempatan itu pada waktu yang tidak tepat, pada saat segalanya sudah terlambat.
Seperti kata Mega, 'nek kasmaran, nyoh ndang kasmaran', kalau jatuh cinta, jatuh cinta lah. Karena mungkin kamu tidak akan jatuh cinta sedalam itu lagi. Karena mungkin itulah yang akan jadi cinta dihidupmu. Untuk cinta yang mungkin akan menjadi cinta dihidupku, Biru, dia berkata amin.

27'ish

on 10.23

Aku selalu takut kehilangan kamu. Selalu ingin terus berusaha agar tidak kehilangan genggaman tangan itu. Selalu ingin berusaha agar kamu bisa tahu bahwa aku pantas ada disampingmu. Berlalu melewati terik, bertahan melewati hujan. Bukan perkara mudah untuk bertahan, jika kamu tau posisiku. Jika kamu paham situasiku. Situasi dimana bertahan adalah hal yg mustahil. Untuk sekadar berharap saja aku Sudah tidak seharusnya. Tapi aku percaya aku mampu. Aku inginkan kamu, ingin terus merengkuhmu. Ingin terus menikmati setiap degup jantungmu. Ingin menikmati hujan dalam keheningan bersama. Menikmati setiap tetesnya dengan pertanyaan pertanyaan manis, atau pengakuan pengakuan yang menyenangkan. Atau berjalan didepan condominium sambil berpagut dibingkai malam yang semakin larut. Lalu kau memetik setangkai melati untukku. Atau menceritakan tentang kisahmu, atau kuceritakan kisahku. Tidak banyak tuntutan, hanya penuh kenangan manis yang tak bosan kuputar.
Aku masih menginginkanmu, masih ingin memelukmu kala kau terguncang amarah, atau berbicara tentang bintang sirius. Aku tak masalah kala kau lebih asik bermain dengan kucing liar ditaman itu. Aku akan memetik rumput sehelai demi sehelai, mengurangi kebosanan.
Aku tak pernah tidak mempercayaimu. Bahkan kala kau tak benar benar mempercayaiku.
Atau kini, kau membenciku.
Aku tak pernah tahu, sebodoh apa aku hingga sanggup menunggumu begitu lama. Mempercayai keajaiban Tuhan yang selalu kau ucapkan. Yang aku sendiri tak pernah yakin jika Tuhan akan selalu ikut campur akan kisah kita.
Keajaiban Tuhan tak pernah ditebak, jika kau tahu. Atau mungkin takdir dan keadaan yang terlalu enggan untuk merestui kita lagi. Kesalahan kesalahan yang kita perbuat, yang menuntun kita menuju gerbang kedewasaan.
Hingga akhirnya kita berada pada titik klimaks. Aku selalu percaya, bahwa Tuhan sebenarnya adil. Tak inginkan siapapun terlukai. Hanya inginkan kita lebih mempercayai takdir, dan keadaan. Mungkin di titik klimaks ini, Dia akan menguji kita. Jika kita bertahan, maka Ia akan membantu kita. Memberikan keajaibannya kepada kita.
Tuhan pun tahu, tak seharusnya aku berharap meminta keajaibannya.
Tapi kali ini aku membutuhkannya. Aku tak pernah merasa sehampa ini. Mencintai tanpa berani berharap. Merasa terlalu berdosa untuk merengkuh pinggangnya erat, menggenggam jemari kurusnya, merangkum wajah kerasnya.
Melakukan apa yang sewajarnya dilakukan para manusia yang saling mencintai.
Perlukah kuusik Tuhan agar mengijinkan aku berharap, agar kita punya keajaiban itu? Atau memang jika kita tidak seharusnya bersama, berikan kami keajaiban lain?
Tapi tolonglah aku, Tuhan. Jangan pernah buat sesal atas segala yang pernah kupilih..
Aku mencintainya.
I really love him, and when I said it, I cry.
It mean, I really  mean it...

×

on 11.21

Akan selalu jadi seperti ini, hubungan ini.Dalam pikiranku hanya tumbuh ketakutan ketakutan yang akan membuatmu pergi. Kesalahan kesalahan yang kuperbuat, yang akhirnya enggan membuatmu enggan mempertahankan ku.
Begitulah. Pertengkaran kecil yang seharusnya bisa membuat kita saling memahami dan mengimbangi kelemahan masing masing. Tapi ini hanya membuatku takut. Takut kelak kau akan melepas tanganku, mengenyahkan aku jauh dari pikiranmu.
Yang berakhir, aku akan merasa sia sia meyakini kau yang terbaik.
Aku merasa sedang berjuang, bersaing, untuk mendapatkan kamu. Bersaing mendapatkan keyakinanmu. Bersaing secara tak kasat mata. Namun aku selalu diliputi rasa takut, rasa was was jika saja aku kelak membuat kesalahan. Karena nantinya akan berakhir seperti ini.
Tahukah kamu, sayang, aku juga berdosa. Bertahan demi kamu, aku sudah berdosa. Berharap akan bersamamu pun aku sudah tak pantas. Aku sudah cukup tersiksa, sudah cukup banyak terluka. Sudah cukup berat menanggung perasaan bersalah dibalik tenangnya sikapku. Bahkan meminta Tuhan untuk kembali campur tangan atas takdir kita yang lebih baik pun aku sudah cukup malu. Jadi jangan terlalu siksa aku, jangan terlalu gegabah dalam menyikapi kesalahanku. Tolong bantu aku dengan lebih mengerti. Hanya itu.

Slip

on 19.30

Yea, hi! Idk who's gonna be my reader anyway but, I'm gonna be so so soooo long time to post any poets here. So, this blog will be so lonely. But you guys if you want to read all my shits stuff about confession or what, short #todaysconfession of mine, you can up to my tumblr (I make new one because I forget my 2 tumbles before this one hehe). I'll give you the link!

// poatatoeswall.tumblr.com !!!!

Support me too there!
But, there just any random shits of mine so underage don't go there please.

Thank you! 😘

Sincerely,

Zee.

27/05

on 06.00

i figure out how to stop loving someone you're not supposed to love anymore. i know it sounds impossible but trust me, we've done it before. i told my first love that i'd love him forever, but i don't anymore. he has spot in my heart- just like my cat and my best friend, and a teacher that can change my life -but I don't love him anymore, because that was a different person who was with him and i'm not her anymore. and one day, we'll no longer love the people that we love now, we just wait to ourselves to change again. and we try to speed it up, by starting new hobbies, getting haircuts, moving, learning a new language. anything. because the sad truth is we know we need to shed part of ourselves to fall out of love. and that sucks but it necessary.

Jika ada

on 20.31

Adakah sosok yang menunggumu melebihi ketabahanku?
Jika ada, datanglah padanya.
Jika tidak, kembalilah.

Mimpi

on 03.44

Kita lahir sendiri, mati pun sendiri.
Tidak ada namanya sehidup semati.
Mimpi tertinggiku adalah menjadi teman terbaikmu.
Di beberapa masa dalam rentang waktumu.
Sampai masa kita sama sama tak bersisa.

Tapi itu mimpi tertinggiku. Mimpi.
Yang lebih sarat akan makna 'angan'.

Tak terbendung

on 19.46

Dalam bahasa hiperbolisme, rinduku menyeruak.  Terlalu penuh, terlalu banyak hingga membuatku sesak. Hingga membuatku tak bisa banyak memilih kata. Hingga semuanya terasa menggebu gebu inginkan temu.

Bahagiamu kala kau tertawa denganku, sayang. Kutahu itu. Hati tak akan bertahan dalam kesepian. Tanpa sengaja ku tawarkan rasa hangat itu. Ku rangkulkan ke lehermu. Dan kau mulai terlena. Dan aku makin menyukainya. Pada akhirnya aku yang harus pergi. Tak pernah ada niat untuk menjadi penengah. Untuk menjadi pilihan kedua. Untuk membuat hatimu bercabang. Untuk meminta genggaman tanganmu dibagi kepadaku.

Namun kala aku pergi, kala aku berharap untuk tak kembali, kudengar kau layu, sayang. Tak lagi bergairah. Begitu dingin, begitu asing, begitu angkuh. Apa kau mulai dilenakan olehku sayang? Apa sang kekasih tak pernah mengisi sepi sepi harimu lagi sehingga hampir semuanya terkikiskan olehku?

Aku seperti pendosa menginginkanmu. Seperti pendosa, yang menginginkan pelukanmu setiap hari. Aku tak berhak untuk saat ini sayang. Walau kita tahu, kedua dari kita inginkan bersama. Bahkan untuk mengakui cinta kepadamu, aku terlalu takut akan karma.

Jadi kutuliskan dengan tulus, bahwa aku mencintaimu. Dan jika ku kembali, kurangkulkan hangat yang pernah kubawa pergi. Dan kupinta genggaman yang coba kulupakan, nanti, lagi.

Aku berharap semesta akan merestui kita untuk bahagia.

Apa salah?

on 05.33

Awalnya aku masih memilihmu meskipun hatimu bercabang dua, atau mungkin, tiga. Aku entah berada di nomor urut berapa.

Akhirnya, awal yang kupilih tak merunut jalan hati. Logika mencoba untuk mempertahankmu, tapi ada daya hati punya kuasa sendiri.

Aku memaafkanmu, semampunya ingin mempertahankmu. Tapi, ternyata, senyuman, genggaman, dan kecupan manja itu tak hanya aku yang memilikinya. Ada dia, Orang yang juga memilikimu. Entah untuk siapa hatimu, sebenarnya.

Jika memang cinta tak bisa disalahkan, apa ini benar? Jika hati memilih dengan tepat, apa ini akurat?  Jangan lagi percaya kata yang membenarkan cinta, karena aku berkali dibutakan dan tak pernah singgah di tempat yang benar.

Teruntuk, Senja.

Putus asa

on 08.06

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang terbiasa dengan kehilangan. Dan tidak ada satupun sosok di dunia ini yang mampu melupakan seseorang yang ia cintai begitu saja tanpa menghadapi pertengkaran dengan dirinya sendiri. Aku merasakannya. Ketika aku masih mencintaimu, ketika aku masih inginkan melangkah lebih dekat ke arahmu, ketika aku masih inginkan mendengar desau suaramu dari dekat. Namun aku tahu, itu mustahil. Aku tidak akan bisa mendapatkanmu. Kau terlalu sempurna bagiku.
Aku akan membencimu. Maafkan aku, tapi aku akan berbuat seperti itu. Itu adalah skenario paling mudah. Aku akan menjauhimu, mengalihkan pandanganku darimu, dan mencoba sekuat mungkin untuk tidak melihat ke arahmu. Aku akan bermain dengan lukaku sendiri dan membohongi diriku sendiri. Kau tidak perlu berbuat banyak, kau hanya harus berjalan seperti biasa, sambil mengalihkan pandanganmu, tidak menoleh ke arahku atau apapun. Seperti yang kau lakukan padaku biasanya, mengacuhkanku.
Aku mencintaimu, dan biarkan itu menjadi urusanku. Entah aku ingin berjuang, atau melupakanmu begitu saja. entah aku ingin berjalan beriringan denganmu atau aku inginkan lari menjauhimu. Biarkan, biarkan itu menjadi urusanku. Kau pun akan mengacuhkanku, kau tahu jika aku  tidak sepadan dengan sosok sempurnamu.
Biarkan ini menjadi urusanku, atau kau mau acuhkan aku, atau menyakitiku, atau mau kau apakan perasaanku yang terbuang begitu saja, biarkan itu menjadi urusanmu.

Jangan Sakiti

on 08.02

Jangan sakiti, Biru.

Aku selalu menyukai caramu melakukan apapun.
Begitulah, sehari – harinya aku hanya akan tersenyum jika aku sudah berhasil melihatmu, Biru. Ketika kau melakukan adegan favoritku, yaitu membelakangiku dan memasak dengan serius. Empat – atau lima meter jauhnya dibelakangmu, aku masih curi – curi pandang ke arahmu. Walaupun ada sepuluh orang pelanggan yang masuk ke restoran untuk memesan menu – menu. Aku akan selalu membutuhkan konsentrasi, mengingat detil per detil tiap pesanan, dan menyampaikannya kepada dapur. Namun, aku selalu bisa mencuri kesempatan melihat ke arahmu.
Kau tahu, Biru, garis kita sudah berdempetan, dan garisku bersikeras menabrak garismu. Itu sebuah kesalahan, aku tahu, Biru. Bahkan ketika kelak kau akan mengatakan kau tidak ingin lagi melihatku karena aku mungkin, suatu saat nanti, membuatmu jengah. Maafkan aku, Biru. Tapi, mengertikah kau, Biru, bahwa hati berjalan dengan meyakini apa yang Ia yakini benar? Hati tak butuh perintah, Biru. Hati tidak bisa diperintah. Menyukaimu, bukan kemauanku. Banyak sekali diluaran sana, Biru, yang tampan, dan tinggi sepertimu, namun aku masih memilihmu.
Aku selalu ingin hidup tidak seperti ini, Biru. Hidup bebas, tanpa merasakan sakit hati karena ditolak. Jangan egois, aku tak pernah mengganggu hidupmu. Aku hanya menyukaimu. Aku hanya jatuh cinta kepadamu, dan itu adalah urusanku. Aku tidak menguntitmu kemanapun, aku diam, dan mengagumimu dalam senyap. Akan terus kuperhatikan cara ruas – ruas jarimu menggenggam angin, jika bahkan kelak jari – jari iru menggenggam ruas jari lain. Akan terus kukagumi langkah lebarmu, meskipun nantinya langkah lebar itu akan mengiringi langkah mungil seseorang.
Sudah ku ucapkan, kan, jika sesungguhnya, Biru, hati tidak perlu perintah. Ia akan terus berjalan, dan berhenti ketika tersandung dan jatuh. Aku akan berhenti ketika ini sudah cukup sakit. Tapi, kumohon, jangan terlalu menyakiti hatiku, Biru. Ia terlalu rentan, karena selalu jatuh ke sosok yang tak pernah sanggup kumiliki…