Kak, aku minta maaf. Aku sungguh sungguh minta maaf karena
mungkin aku sudah merusak hidup kakak. Mungkin saja. Setelah apa yang aku
lakukan selama aku mengenal kakak. Aku seakan akan menganggap kakak adalah
kakak kandungku. Tiba tiba datang saat aku ada masalah, tiba-tiba aku
menumpahkan seluruh masalahku ke kakak. Aku tahu itu memalukan. Namun, tidak
bisa kupungkiri jika aku memang nyaman denganmu. Aku selalu menikmati setiap
detik saat aku berkomunikasi denganmu. Kau menyenangkan, dewasa dan selalu bisa
menyesuaikan diri denganku yang masih remaja. Aku menyukainya. itu yang
membuatku nyaman denganmu.
Alasan tersebutlah yang membuat aku takut akan kehilanganmu. Apa
kau pernah sadari itu? Aku selalu takut jika bertengkar denganmu seperti
sekarang atau beberapa waktu lalu. Aku takut kakak akan membenciku, walaupun
aku tau jika aku pantas untuk kakak benci. Sangat pantas.
Beberapa menit yang lalu, kita bertengkar untuk ketigakalinya.
Masalah Tweet ku. Apa kakak ingat? Ya, aku menangis saat bertengkar denganmu
tadi. Kau sangat mudah membuatku menangis. Entah apa yang membuatku menangis.
Pantaskah kau kutangisi? Mungkin saja. Karena kau sangat berarti untukku. Walaupun
entah adakah namaku dalam salah satu daftar orang terpenting bagi kakak.
Sadarkah kau jika semuanya sudah berubah? Entah siapa yang
salah, namun kau dan aku kini benar benar bukan seperti yang dulu. Aku tidak
mengenal Radit yang dulu, dan katamu pun demikian. Kau sudah tidak mengenalku,
karena seorang Meme telah berubah. Kau lebih menyukai Meme yang tahun lalu. Aku
selalu mengingatnya, sambil belajar menjadi diriku yang ada dimasalalu. Aku
melakukannya, mengubah diriku yang sekarang perlahan menjadi diriku yang lalu.
Semata-mata agar aku tidak perlu bersedih lagi akan kehilanganmu. Agar aku
tidak perlu khawatir dan takut membaca SMS mu yang aku yakin kau mengetiknya
penuh emosi.
Kak. Pantaskah aku berharap namaku ada dalam daftar nama orang
yang spesial untuk kakak? Pantaskah aku selalu merasa akan khawatir akan
keadaan kakak? Pantaskah aku merindukan kakak yang dulu? Pantaskah aku membaca
berulangkali pesan kakak yang dulu pernah kau kirim? Pantaskah........aku takut
kehilanganmu? Pantaskah?
Banyak sebenarnya yang ingin kuucapkan padamu. Banyak sekali.
Tapi aku tau kau tak ingin mendengarnya. Kau tak ingin mengetahui hal hal yang
ada hubungannya denganmu. Aku ingat sekali kau pernah mengatakan itu padaku,
pada pukul 10-malam. Apa kau masih mengingatnya? Karena kata-katamu itulah, aku
memilih diam. Memendam (lagi) semuanya yang mulai membuncah ingin keluar. Aku
tahu, seharusnya aku tidak perlu memasuki zona lingkaran yang belun jelas
kuketahui dimana letak sudutnya. Zona yang mengantarku berkenalan denganmu,
zona yang mengantar aku merasakan ketakutan yang luar biasa seperti ini. Aku
salah telah masuk ke kehidupanmu bukan? Sepertinya begitu. Untuk itu aku minta
maaf. Untuk keseribukalinya, maaf. :)
Dan ngomong ngomong, kapan kau akan pergi ke negri singa putih? Aku merasa, mengepe waktunya sangat cepat?
Bukannya kau bilang, Mei? Ah, lalu apa masalahku...?
Aku pasti akan (semakin) merindukanmu. Bagaimana aku bisa
mengucapkan selamat ulang tahun untukmu? Bagaimana bisa aku menanyakan kabarmu
lagi? Bagaimana kau bisa kukirimi pesan “selamat malam, have a nice day” atau
hanya sekedar bertanya pertanyaan ringan padamu? Bagaimana aku akan melakukan
semuanya yang sudah terbiasa kulakukan denganmu? Tapi itu masih tidak
kutakutkan ketimbang....
apa kau akan mengingatku, masih mengingatku, sepulang kau dari sana?
apa kau akan mengingatku, masih mengingatku, sepulang kau dari sana?
Itu adalah pertanyaan yang menurutmu –mungkin –tidak penting.
Namun aku masih menganggapnya penting.
Aku hanya berharap, kau jaga sikap disana. Itu negara orang.
Jaga pola makan dan istirahatmu. Jangan sampai
tugas tugas disana membuatmu terlalu lelah. Jika kau kehujanan seperti
beberapa waktu lalu, langsung mandi, jangan terlalu lama membiarkan tubuhmu
basah karena air hujan. Ah, sepertinya itu saja yang ingin kukatakan.
Jaga dirimu. :’)
Mee
0 komentar:
Posting Komentar