Kang Jiyoung menemukan kelasnya sudah tertutup, tanda
jika pelajaran sudah dimulai. Kan! Aku
telat! Goddamnit! Umpat Jiyoung dalam hati. Ia sangat menyayangkan keadaan
ini, dimana ia tidak bisa mengikuti pelajaran yang seharusnya bisa diikutinya.
“oh, ayolah. Apakah aku benar harus membolos hari ini?”
tanyanya sambil mengintip melalui lubang pintu. Ia menemukan sosok Dosen yang
paling killer sudah berceloteh ria di dalam kelas. Jika ia masuk dan
menginterupsi kelasnya, yang ada dia nanti kena marah dan ocehan. Dan Jiyoung
benci akan hal itu.
“sudah ada dosennya ya?” tanya sesorang dibelakang
Jiyoung. Ia menoleh dan mendapati seseorang yang sangat ia kenal sudah berdiri
dengan gayanya yang cool tepat dibelakang Jiyoung. Jiyoung menegakkan tubuhnya
segara dan menganggukkan kepala.
Jiyoung sadar siapa yang ada didepannya saat ini.
seorang murid laki-laki sejurusan dengannya, bernama Ahn Daniel. Tampangnya
keren dan sedikit cantik. Namun yang membuat Jiyoung takut setengah mati saat
ini adalah, Daniel mempunyai segudang citra buruk disekolahnya. Walaupun memang
Jiyoung kurang percaya dengan semua corengan hitam milik Daniel yang pernah
disebutkan oleh teman-temannya.
“kau kenapa?” suara Daniel kembali terdengar dan membuat
Jiyoung merinding. Oh geez!! Look who’s
talking with me now! Jiyoung benar
benar takut jika Daniel akan berbuat macam macam dengannya. Karena di koridor
saat ini hanya ada dirinya dan Daniel. Daniel yang menyadari akan ketakutan
Jiyoung hanya terkekeh geli.
“aku tidak akan menyakitimu.” Ujar Daniel dengan suara
whiskynya. Ah, Jiyoung hampir terkejut mendengar suara milik Daniel. Suaranya......
entahlah. Namun tetap saja Jiyoung waspada. Clubbing, membolos kuliah, Playboy,
tukang hura-hura, sering membantah dosen dan segudang coretan buruk di kampus
yang Daniel buat terekam jelas diingatan Jiyoung. Kini Jiyoung hanya bisa duduk
di bangku depan ruang kelasnya. Sedangkan Daniel hanya memasang earphone di
telinganya dan berdiri di samping bangku tersebut.
Masih hening. Keduanya hanya terdiam satu sama lain.
Sebenarnya, Daniel bisa saja langsung meninggalkan Jiyoung disini. Namun entah
mengapa Daniel tidak tega.
“kau mau ikut denganku?” Jiyoung menatap Daniel
lekat-lekat. Dan sekarang dia mengajakku?
Oh, apa yang dia pikirkan? Apa dia ingin aku masuk kedalam dunia gelapnya? Seakan mampu membaca pikiran Jiyoung, Daniel
melepas earphonenya dan kembali berujar.
“aku janji tidak akan menyakitimu. Apa aku terlihat
seperti seorang penipu?” tanya Daniel sarkatis.
***
Tempat apa ini?
Panti Asuhan?
Jiyoung mencoba memperjelas pandangan matanya, namun yang ia temukan sama.
Bangunan di depannya tetap sama. Sebuah Panti Asuhan.
“Daniel oppa! Daniel oppa come again guys!”
“Daniel oppa!”
“oppaa!!! Today is my birthday! So, can you sing
birthday song for me?”
Anak anak kecil itu menghambur ke arah mereka. Daniel
tersenyum dan memeluk seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun. “Today
is your birthday? Okay, i will sing some birthday songs for you. But before,
how old are you, my little princess?”
Apa ini?
seorang Ahn Daniel dengan anak panti? No clubbing? Rootbeer or girl? Any
something wrong here?
Jiyoung masih berusaha mempercayai penglihatannya.
“ohya, perkenalkan ya, ini Kang Jiyoung, teman oppa satu
kampus. Apa kalian menyukainya?” tanya Daniel kepada anak anak panti tersebut.
Mereka tampak senang melihat Jiyoung ada disana.
“Nuuna Kang, apa nuuna menyukai eskrim? Apa nuuna
menyukai musik klasik dan dance?” seorang anak laki-laki menghampiri Jiyoung.
Jiyoung menjawab semua pertanyaan dari anak tersebut sengan sekali jawab.
“benar, memangnya kenapa?”
“eum, nothing. Tapi katanya Daniel hyung pernah bilang
jika ia menyukai seorang gadis di kelasnya. Gadis itu menyukai es krim dan juga
dance. Gadis itu juga katanya sangat pandai bermain gubahan piano sonata miik
Vivaldi. Dan sepertinya itu kakak. Karena kakak memang sangat manis, seperti
yang dikatakan....”
“Joon Myun, what do you say, huh?!” kata Daniel memotong
ucapan anak kecil bernama Kim Joon Myun tersebut. Anak kecil tersebut hanya
menunduk takut.
“i’m sorry, hyungie. Imma not talking ‘bout it again for
a second time.” Katanya sambil begidik ketakutan. Jiyoung memeluk anak tersebut
dan melihat ke arah Daniel yang wajahnya sudah memerah.
“ah lupakan. Bagaimana kalau kita masuk?” kata So
Hyun–pengurus panti asuhan– memecah ketegangan antara mereka.
***
Pukul 7 malam. Jiyoung melangkahkan kaki keluar panti
bersama dangan Daniel disebelahnya. Hari ini, ia merasa sangat senang. Semuanya
menarik. Entah itu dari anak-anak pantinya, atau memang dari Daniel. Semuanya
menyenangkan. dan ia menyadari bahwa ia semakin menyukai Daniel. Ya, ia memang
tidak begitu mempercayai tentang desas-desus yang mengatai Daniel adalah
badboy. Karena sebenarnya.....
“maafkan aku. Selama ini, aku dengan gampangnya termakan
omongan anak kampus yang mengataimu badboy. Walaupun kau memang dingin dan
cuek, namun ternyata....aku salah besar.” Ujar Jiyoung. Daniel terkekeh sedikit
dan menoleh ke arah Jiyoung yang sedang berjalan sambil menunduk.
“kau tidak salah.” Jawab Daniel singkat.
“jadi, itu ya kegiatanmu jika kau tidak kuliah. Kau
bermain dengan mereka seharian?” tanya Jiyoung lagi.
“tentu saja. Aku tidak clubbing, atau pergi ke diskotik
seperti kata mereka. Aku bukan pria seperti itu. Sebenarnya, kuliah bukanlah
kegiatan yang penting buatku. Aku sudah mempunya pekerjaan yang mapan.” Jawab
Danniel sambil menerawangkan pendangannya.
Jiyoung kembali terdiam beberapa saat, lalu teringat
dengan ucapan anak bernama Kim Joon Myun tadi. Ia kembali tersenyum geli jika
mengingat kejadian itu. “ah iya, Daniel. Eum...apa yang diucapkan anak kecil di
panti tadi benar?” Jiyoung berhenti berjalan, mengadahkan tangannya agar
beberapa bulir salju yang jatuh berhasil tertangkap ditelapak tangannya. Daniel
mengikuti Jiyoung menghentikan langkahnya dan mengadahkan tangannya. Berusaha
mencari jawaban yang tepat.
“entahlah. Menurutmu bagaimana?” jawab Daniel kemudian.
Jiyoung hanya menggeleng.
“aku tidak tahu. Kan kau yang punya perasaan?” Jiyoung
mampu merasakan pipinya memerah. Memalukan!
Daniel mengalihkan pandang ke arah Jiyoung. Masih dengan
telapak tangan mengadah ke atas penuh salju. Ia kini sudah beranjak ke hadapan
Jiyoung tepat. Matanya menatap mata bulat milik Jiyoung. Lalu menangkupkan
telapak tangannya yang penuh salju dengan telapak tangan Jiyoung yang juga
dipenuhi salju yang akan mencair.
Jiyoung bisa merasakan sensasi yang aneh, yang wajarnya
tidak akan dirasakan oleh orang lain yang merasakan semuanya bersamaan. Dingin,
hangat, sejuk, bahagia, bingung. Semuanya mungkin ada dan tercampur jadi satu disana
sehingga menjadi sesuatu yang abstrak dan tak Jiyoung kenali..
“kurasa, sejak satu tahun yang lalu aku jatuh cinta
kepadamu.” Gumam Daniel pelan. Jiyoung hanya menatap mata sayu milik Daniel.
“selama itukah?” tanya Jiyoung dan hanya dijawab
anggukan kepala oleh Daniel.
“aku tidak berharap kau mau membalasnya. Ah, harusnya
kau tak perlu tahu itu. Lupakan saja.” Ujar Daniel pelan. Ia kembali
melangkahkan kakinya menuju tempat pemberhentian bis. Jiyoung mengikutinya
sambil setengah berlari.
“Daniel.” Daniel berhenti dan menoleh ke arah Jiyoung.
Jiyoung tersenyum lalu menangkupkan lagi salju hasil penyatuan antara telapak
tangan Jiyoung dan Daniel tadi di telapak tangan kanan Daniel. “jika semisal
aku juga menyukaimu, bagaimana? Apa kau mau mempercayaiku?”
Daniel hanya tertegun. Sedetik kemudian, mereka berdua
akhirnya berpelukan, ditengah suhu kota Seoul yang mencapai lima derajat
celcius dan hujan salju yang semakin deras.
“selalu.” Jawab Daniel pelan. Kini ia tahu, apa itu
bahagia yang sebenarnya. Bahagia yang tebalaskan selama penantian panjangnya.
0 komentar:
Posting Komentar