Senyuman itu datang saat kau kembali. mengusir semua rasa
khawatir yang sempat berpangku. membunuh setiap senti sebuah
perasaan yang sering kubilang rindu. menumpahkan semua air mata bahagia. apa
kau tahu betapa bahagianya aku masih mampu melihatmu lagi? masih ada sisa emosi
saat kau tanyakan kabarku, walaupun rasa senang itu lebih pekat dari segalanya.
Kau tahu betapa gilanya aku saat kau menghilang? Aku merasa
semuanya kosong. Tak ada yang bisa kurasakan kecuali benih rindu itu semakin
merambat menjalar meracuni akal sehatku.
Aku bahkan membutuhkan waktu untuk berdamai dengan kenyataan. Belajar membedakan
bayangan imajiner yang menyerupai dirimu, dengan kenyataan jika kau menghilang
dan tidak akan sudi mengingatku lagi. aku bahkan takut kau benar benar tak mau
mengingatku lagi. aku takut kau akan membenciku. Aku takut kau akan membuat
hidupku semakin kacau dengan cara membenciku.
Aku merindukan pelukanmu. Pelukan yang membuatku hangat
ketika aku merasa suhu semakin menurun. Merindukan suara mu dari speaker kecil
yang terletak disisi kanan ponsel. Merindukan textingmu diinbox dan mentionku. Merindukan
genggaman tanganmu yang mampu menyemangatiku. Merindukan bau tubuhmu. Semuanya.
Semuanya tentangmu, aku merindukan semuanya.
Kini kau dihadapanku, menawarkan pelukan hangat untukku. Suaramu
saat menanyakan kabarku, membuat aku hidup dialam mimpi. Tidak, ini kenyataan.
kedua kalinya, kau bertanya “bagaimana kabarmu?” kepadaku. Membuat saraf-sarafku
bekerja dua kali lebih jeli memperhatikan bayanganmu dan mendengar suaramu. Aku
hanya takut, sosok didepanku saat ini masih berselimut garis garis halus yang
nantinya saat kucoba raih akan berubah menjadi bayangan transparan. Aku takut
kau akan mengeluarkan gumpalan asap tebal secara tiba-tiba dan kau akan
menghilang bersamanya.
Nyatanya tidak. Kau masih disini. Terdiam menunggu jawabanku
dengan senyuman yang sangat kurindukan. Aku memberanikan diri menghambur
kepelukanmu ditengah dinginnya angin malam.
“Saat kau menghilang, aku selalu memikhirkanmu, mengkhawatirkanmu,
menanyakan keadaanmu, memutar kembali bayanganmu, kenangan tentangmu. Walau aku
benar-benar tak menginginkannya.” Kataku disela-sela tangisku. Ia masih disana.
Terdiam sambil membelai punggungku. Aku ingin terus seperti ini, menikmati
pelukan yang sangat kurindukan. Untuk bekal jika saja sewaktu waktu kau akan
menghilang lagi. tapi kau melepasnya perlahan dan mengajakku menatap langit
malam berwarna merah.
“setelah ini hujan. kau harus pulang. Kita bertemu lagi
besok. Aku akan menjemputmu.” Ujarnya. Aku mengangguk, walau berat. Lalu mengikutinya
menuju motor merah yang tak lagi asing dimataku.
“happy anniv, sayang.” Ujarnya lagi saat motor itu mulai
melaju. Aku mendengarnya, namun hanya tersenyum. Membiarkan kenangan itu muncul
kembali. Tanpa dibingkai oleh perasaan rindu yang mengeras, tetapi kehangatan
akan efek kebahagiaan yang mulai menyebar.
0 komentar:
Posting Komentar