Kamu

on 01.34

Hai, tahu kamu, telah lama aku tidak seperti ini.
Telah lewat tahun panjang yang panas ketika aku merasakan hatiku sama angkuhnya dengan matahari. Hari-hari ketika aku benar-benar mengira panas kami bisa mencairkan es di kutub-kutub bumi, dan aku tetap tidak peduli. Aku merasa nyaman seperti itu. Diam tidak terganggu, dengan hujan yang tak sempat datang sebab awannya tak pernah lama bertahan. Terus berpendar setiap hari, berputar dalam orbit yang sama, dengan kesombongan tak terkira. Orang-orang menggantung hidup mereka pada nyala kami. Sebab itu yang mereka bisa.
Lalu kamu kembali.
November dengan titik-titik uap di langit-langitnya, dirimu itu. Awan berat yang tak kusangkakan arak hadirnya. Dinginmu menggigit tepi-tepi pagi, dan aku tidak suka.
Tak lama, hujanmu jatuh.
Aku sungguh tak terbiasa.
Lama kukurung diriku, mencari tahu kemana arah gerakmu. Gerimis-gerimis yang hadir serta-merta, lalu derak rinai yang tiba-tiba. Aku menutup jendela-jendela, mengunci pintu-pintu, terlalu takut kamu akhirnya mendapatiku. Tak tahu lagi bagaimana harus memperlihatkan diri.
Hingga suatu pagi.
Pikirku, ini waktuku bersinar lagi. Mengumpulkan kekuatan, melawan ketakutanku sendiri. Bilah-bilah pintu, jendela-jendelaku telah membeku. Kupulihkan pelan-pelan pertahanan diri, siapa tahu hatiku terlalu rapuh berada di luar itu.
Akhirnya kubiarkan mereka terbuka.
Dan dirimu berdiri di sana.
Kamu terlihat mempesona.***

0 komentar:

Posting Komentar