Badboy?

on 00.43


Kang Jiyoung menemukan kelasnya sudah tertutup, tanda jika pelajaran sudah dimulai. Kan! Aku telat! Goddamnit! Umpat Jiyoung dalam hati. Ia sangat menyayangkan keadaan ini, dimana ia tidak bisa mengikuti pelajaran yang seharusnya bisa diikutinya.
“oh, ayolah. Apakah aku benar harus membolos hari ini?” tanyanya sambil mengintip melalui lubang pintu. Ia menemukan sosok Dosen yang paling killer sudah berceloteh ria di dalam kelas. Jika ia masuk dan menginterupsi kelasnya, yang ada dia nanti kena marah dan ocehan. Dan Jiyoung benci akan hal itu.
“sudah ada dosennya ya?” tanya sesorang dibelakang Jiyoung. Ia menoleh dan mendapati seseorang yang sangat ia kenal sudah berdiri dengan gayanya yang cool tepat dibelakang Jiyoung. Jiyoung menegakkan tubuhnya segara dan menganggukkan kepala.
Jiyoung sadar siapa yang ada didepannya saat ini. seorang murid laki-laki sejurusan dengannya, bernama Ahn Daniel. Tampangnya keren dan sedikit cantik. Namun yang membuat Jiyoung takut setengah mati saat ini adalah, Daniel mempunyai segudang citra buruk disekolahnya. Walaupun memang Jiyoung kurang percaya dengan semua corengan hitam milik Daniel yang pernah disebutkan oleh teman-temannya.
“kau kenapa?” suara Daniel kembali terdengar dan membuat Jiyoung merinding. Oh geez!! Look who’s talking with me now!  Jiyoung benar benar takut jika Daniel akan berbuat macam macam dengannya. Karena di koridor saat ini hanya ada dirinya dan Daniel. Daniel yang menyadari akan ketakutan Jiyoung hanya terkekeh geli.
“aku tidak akan menyakitimu.” Ujar Daniel dengan suara whiskynya. Ah, Jiyoung hampir terkejut mendengar suara milik Daniel. Suaranya...... entahlah. Namun tetap saja Jiyoung waspada. Clubbing, membolos kuliah, Playboy, tukang hura-hura, sering membantah dosen dan segudang coretan buruk di kampus yang Daniel buat terekam jelas diingatan Jiyoung. Kini Jiyoung hanya bisa duduk di bangku depan ruang kelasnya. Sedangkan Daniel hanya memasang earphone di telinganya dan berdiri di samping bangku tersebut.
Masih hening. Keduanya hanya terdiam satu sama lain. Sebenarnya, Daniel bisa saja langsung meninggalkan Jiyoung disini. Namun entah mengapa Daniel tidak tega.
“kau mau ikut denganku?” Jiyoung menatap Daniel lekat-lekat. Dan sekarang dia mengajakku? Oh, apa yang dia pikirkan? Apa dia ingin aku masuk kedalam dunia gelapnya?  Seakan mampu membaca pikiran Jiyoung, Daniel melepas earphonenya dan kembali berujar.
“aku janji tidak akan menyakitimu. Apa aku terlihat seperti seorang penipu?” tanya Daniel sarkatis.
***
Tempat apa ini? Panti Asuhan? Jiyoung mencoba memperjelas pandangan matanya, namun yang ia temukan sama. Bangunan di depannya tetap sama. Sebuah Panti Asuhan.
“Daniel oppa! Daniel oppa come again guys!”
“Daniel oppa!”
“oppaa!!! Today is my birthday! So, can you sing birthday song for me?”
Anak anak kecil itu menghambur ke arah mereka. Daniel tersenyum dan memeluk seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun. “Today is your birthday? Okay, i will sing some birthday songs for you. But before, how old are you, my little princess?”
Apa ini? seorang Ahn Daniel dengan anak panti? No clubbing? Rootbeer or girl?   Any something wrong here? Jiyoung masih berusaha mempercayai penglihatannya.
“ohya, perkenalkan ya, ini Kang Jiyoung, teman oppa satu kampus. Apa kalian menyukainya?” tanya Daniel kepada anak anak panti tersebut. Mereka tampak senang melihat Jiyoung ada disana.
“Nuuna Kang, apa nuuna menyukai eskrim? Apa nuuna menyukai musik klasik dan dance?” seorang anak laki-laki menghampiri Jiyoung. Jiyoung menjawab semua pertanyaan dari anak tersebut sengan sekali jawab.
“benar, memangnya kenapa?”
“eum, nothing. Tapi katanya Daniel hyung pernah bilang jika ia menyukai seorang gadis di kelasnya. Gadis itu menyukai es krim dan juga dance. Gadis itu juga katanya sangat pandai bermain gubahan piano sonata miik Vivaldi. Dan sepertinya itu kakak. Karena kakak memang sangat manis, seperti yang dikatakan....”
“Joon Myun, what do you say, huh?!” kata Daniel memotong ucapan anak kecil bernama Kim Joon Myun tersebut. Anak kecil tersebut hanya menunduk takut.
“i’m sorry, hyungie. Imma not talking ‘bout it again for a second time.” Katanya sambil begidik ketakutan. Jiyoung memeluk anak tersebut dan melihat ke arah Daniel yang wajahnya sudah memerah.
“ah lupakan. Bagaimana kalau kita masuk?” kata So Hyun–pengurus panti asuhan– memecah ketegangan antara mereka.
***
Pukul 7 malam. Jiyoung melangkahkan kaki keluar panti bersama dangan Daniel disebelahnya. Hari ini, ia merasa sangat senang. Semuanya menarik. Entah itu dari anak-anak pantinya, atau memang dari Daniel. Semuanya menyenangkan. dan ia menyadari bahwa ia semakin menyukai Daniel. Ya, ia memang tidak begitu mempercayai tentang desas-desus yang mengatai Daniel adalah badboy. Karena sebenarnya.....
“maafkan aku. Selama ini, aku dengan gampangnya termakan omongan anak kampus yang mengataimu badboy. Walaupun kau memang dingin dan cuek, namun ternyata....aku salah besar.” Ujar Jiyoung. Daniel terkekeh sedikit dan menoleh ke arah Jiyoung yang sedang berjalan sambil menunduk.
“kau tidak salah.” Jawab Daniel singkat.
“jadi, itu ya kegiatanmu jika kau tidak kuliah. Kau bermain dengan mereka seharian?” tanya Jiyoung lagi.
“tentu saja. Aku tidak clubbing, atau pergi ke diskotik seperti kata mereka. Aku bukan pria seperti itu. Sebenarnya, kuliah bukanlah kegiatan yang penting buatku. Aku sudah mempunya pekerjaan yang mapan.” Jawab Danniel sambil menerawangkan pendangannya.
Jiyoung kembali terdiam beberapa saat, lalu teringat dengan ucapan anak bernama Kim Joon Myun tadi. Ia kembali tersenyum geli jika mengingat kejadian itu. “ah iya, Daniel. Eum...apa yang diucapkan anak kecil di panti tadi benar?” Jiyoung berhenti berjalan, mengadahkan tangannya agar beberapa bulir salju yang jatuh berhasil tertangkap ditelapak tangannya. Daniel mengikuti Jiyoung menghentikan langkahnya dan mengadahkan tangannya. Berusaha mencari jawaban yang tepat.
“entahlah. Menurutmu bagaimana?” jawab Daniel kemudian. Jiyoung hanya menggeleng.
“aku tidak tahu. Kan kau yang punya perasaan?” Jiyoung mampu merasakan pipinya memerah. Memalukan!
Daniel mengalihkan pandang ke arah Jiyoung. Masih dengan telapak tangan mengadah ke atas penuh salju. Ia kini sudah beranjak ke hadapan Jiyoung tepat. Matanya menatap mata bulat milik Jiyoung. Lalu menangkupkan telapak tangannya yang penuh salju dengan telapak tangan Jiyoung yang juga dipenuhi salju yang akan mencair.
Jiyoung bisa merasakan sensasi yang aneh, yang wajarnya tidak akan dirasakan oleh orang lain yang merasakan semuanya bersamaan. Dingin, hangat, sejuk, bahagia, bingung. Semuanya mungkin ada dan tercampur jadi satu disana sehingga menjadi sesuatu yang abstrak dan tak Jiyoung kenali..
“kurasa, sejak satu tahun yang lalu aku jatuh cinta kepadamu.” Gumam Daniel pelan. Jiyoung hanya menatap mata sayu milik Daniel.
“selama itukah?” tanya Jiyoung dan hanya dijawab anggukan kepala oleh Daniel.
“aku tidak berharap kau mau membalasnya. Ah, harusnya kau tak perlu tahu itu. Lupakan saja.” Ujar Daniel pelan. Ia kembali melangkahkan kakinya menuju tempat pemberhentian bis. Jiyoung mengikutinya sambil setengah berlari.
“Daniel.” Daniel berhenti dan menoleh ke arah Jiyoung. Jiyoung tersenyum lalu menangkupkan lagi salju hasil penyatuan antara telapak tangan Jiyoung dan Daniel tadi di telapak tangan kanan Daniel. “jika semisal aku juga menyukaimu, bagaimana? Apa kau mau mempercayaiku?”
Daniel hanya tertegun. Sedetik kemudian, mereka berdua akhirnya berpelukan, ditengah suhu kota Seoul yang mencapai lima derajat celcius dan hujan salju yang semakin deras.
“selalu.” Jawab Daniel pelan. Kini ia tahu, apa itu bahagia yang sebenarnya. Bahagia yang tebalaskan selama penantian panjangnya.

0 komentar:

Posting Komentar