Bertemu Kembali

on 07.59


Senyuman itu datang saat kau kembali. mengusir semua rasa khawatir yang sempat berpangku. membunuh setiap senti sebuah perasaan yang sering kubilang rindu. menumpahkan semua air mata bahagia. apa kau tahu betapa bahagianya aku masih mampu melihatmu lagi? masih ada sisa emosi saat kau tanyakan kabarku, walaupun rasa senang itu lebih pekat dari segalanya.
Kau tahu betapa gilanya aku saat kau menghilang? Aku merasa semuanya kosong. Tak ada yang bisa kurasakan kecuali benih rindu itu semakin merambat menjalar meracuni akal sehatku.  Aku bahkan membutuhkan waktu untuk berdamai dengan kenyataan. Belajar membedakan bayangan imajiner yang menyerupai dirimu, dengan kenyataan jika kau menghilang dan tidak akan sudi mengingatku lagi. aku bahkan takut kau benar benar tak mau mengingatku lagi. aku takut kau akan membenciku. Aku takut kau akan membuat hidupku semakin kacau dengan cara membenciku.
Aku merindukan pelukanmu. Pelukan yang membuatku hangat ketika aku merasa suhu semakin menurun. Merindukan suara mu dari speaker kecil yang terletak disisi kanan ponsel. Merindukan textingmu diinbox dan mentionku. Merindukan genggaman tanganmu yang mampu menyemangatiku. Merindukan bau tubuhmu. Semuanya. Semuanya tentangmu, aku merindukan semuanya.
Kini kau dihadapanku, menawarkan pelukan hangat untukku. Suaramu saat menanyakan kabarku, membuat aku hidup dialam mimpi. Tidak, ini kenyataan. kedua kalinya, kau bertanya “bagaimana kabarmu?” kepadaku. Membuat saraf-sarafku bekerja dua kali lebih jeli memperhatikan bayanganmu dan mendengar suaramu. Aku hanya takut, sosok didepanku saat ini masih berselimut garis garis halus yang nantinya saat kucoba raih akan berubah menjadi bayangan transparan. Aku takut kau akan mengeluarkan gumpalan asap tebal secara tiba-tiba dan kau akan menghilang bersamanya.
Nyatanya tidak. Kau masih disini. Terdiam menunggu jawabanku dengan senyuman yang sangat kurindukan. Aku memberanikan diri menghambur kepelukanmu ditengah dinginnya angin malam.
“Saat kau menghilang, aku selalu memikhirkanmu, mengkhawatirkanmu, menanyakan keadaanmu, memutar kembali bayanganmu, kenangan tentangmu. Walau aku benar-benar tak menginginkannya.” Kataku disela-sela tangisku. Ia masih disana. Terdiam sambil membelai punggungku. Aku ingin terus seperti ini, menikmati pelukan yang sangat kurindukan. Untuk bekal jika saja sewaktu waktu kau akan menghilang lagi. tapi kau melepasnya perlahan dan mengajakku menatap langit malam berwarna merah.
“setelah ini hujan. kau harus pulang. Kita bertemu lagi besok. Aku akan menjemputmu.” Ujarnya. Aku mengangguk, walau berat. Lalu mengikutinya menuju motor merah yang tak lagi asing dimataku.
“happy anniv, sayang.” Ujarnya lagi saat motor itu mulai melaju. Aku mendengarnya, namun hanya tersenyum. Membiarkan kenangan itu muncul kembali. Tanpa dibingkai oleh perasaan rindu yang mengeras, tetapi kehangatan akan efek kebahagiaan yang mulai menyebar.

0 komentar:

Posting Komentar